NGAMPRAH, (PR).- Dibandingkan memberi ruang kepada artis untuk maju menjadi calon legislatif, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi lebih memilih untuk mengusung kader internal partai. Menurut dia, kader partai yang mumpuni pun masih banyak yang mengantre untuk dijadikan caleg.
"Yang daftar di Golkar untuk caleg provinsi saja hampir 250 orang. Sementara yang kami usulkan hanya 120 orang. Sekarang saja masih ngantri, lho. Saya masih menangani sekitar 10 orang yang masih ingin masuk jadi calon di provinsi. Mereka pun punya kualifikasi yang baik," kata Dedi di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Senin 23 Juli 2018.
Dia menilai, fenomena kemunculan banyak artis dalam bursa caleg disebabkan oleh sejumlah faktor. Di antaranya ialah ketertarikan artis pada dunua politik. Persaingan di dunia politik, katanya, mungkin dianggap oleh para artis lebih mudah dibandingkan dengan persaingan di dunia hiburan.
Meski begitu, Dedi mengaku tidak tertarik untuk mengusung artis. Menurut dia, di daerah masih banyak kader Golkar yang memiliki elektabilitas tinggi. Walaupun tidak populer, dia meyakini kader-kader partai itu memiliki banyak pemilih di tingkat kabupaten/kota. Perhitungan itulah, kata dia, yang menjadi dasar DPD Golkar Jabar dalam mengambil keputusan.
"Kepercayaan diri kami terhadap kader partai relatif jauh lebih tinggi dibandingkan memberikan ruang yang terlalu terbuka (kepada artis), dengan mengenyampingkan kader-kader yang berkualitas yang dimiliki oleh partai," ujarnya.
Kualfikasi calon sangat tinggi
Meskipun banyak kader yang tersisih dalam pencalonan legislatif di Golkar, Dedi mengaku belum melihat ada kader yang menyebrang ke partai lain. Kalaupun ada, ucapnya, itu disebabkan oleh kualifikasi calon yang ditetapkan Golkar sangat tinggi. Maka persaingan maju jadi caleg dari partai yang relatif lebih mudah menjadi alasan untuk pindah partai.
"Saya beri contoh, nyalon di DPR RI. Di Golkar bisa dapat 50-70 ribu suara belum tentu aman, karena bisa jadi ada yang dapat 100 ribu suara. Namun, di partai lain dapat 30 ribu suara, asal lolos ke Senayan, dia bisa menjadi yang tertinggi. Faktor itu yang paling mungkin terjadi. Namun, sampai hari ini, saya tidak melihat ada migrasi pengurus Golkar ke partai lain," katanya.
Dedi juga menilai posisi calon wakil presiden yang akan mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2019 memiliki kans yang besar untuk menjadi capres pada Pilpres 2024. Oleh karena itu, pertarungan di pilpres tahun depan akan sarat kepentingan buat pilpres berikutnya.
"Ada dua pertarungan yang dilakukan hari ini, dalam urusan cawapres. Pertama adalah persoalan bahwa cawapres sangat berpengaruh terhadap keterpilihan partainya, baik sekarang maupun nanti pada waktunya (2019). Yang kedua adalah pertarungan di 2024," kata Dedi.
Pertarungan pada 2024 yang dimaksud, terang dia, ialah menyangkut cawapres Jokowi di Pilres 2019. Cawapres itu berpeluang besar menjadi capres di Pilpres 2024. Dengan demikian, kemunculan figur cawapres yang sudah berumur dianggap sebagai strategi politik untuk menyingkirkan kandidat kuat capres pada Pilpres 2024.
"Pertarungan di 2024 itu ialah bahwa orang yang menjadi cawapres Pak Jokowi di 2019 ini memiliki potensi menjadi capres di 2024, apabila yang menjadi cawapres itu adalah tokoh yang relatif memiliki pengaruh politik dan pasar politik, serta usia yang relatif muda," katanya.
Elektabilitas partai
Di sisi lain, menurut dia, kemunculan sosok politisi senior dalam bursa cawapres untuk mendampingi Jokowi pun dapat membawa dampak positif untuk mengangkat elektabilitas partai. Pasalnya, perhatian publik akan semakin besar karena polemik yang ditimbulkan.
"Saya enggak usah menyebut orang. Dengan semakin dia ngotot jadi cawapres, maka bobot pemberitaan menjadi terus-menerus. Dengan terus-menerus diberitakan, maka partainya menjadibdiperbincangkan. Karena partainya diperbincangkan, elektabilitas partai mengalami kenaikan. Itu bisa dilihat kok," paparnya.
Lebih lanjut, dia mengaku telah menyampaikan dukungan agar Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto maju sebagai cawapres mendampingi Jokowi. Akan tetapi, dia berkeyakinan, keputusan mengenai nama cawapres yang maju tetap ditentukan oleh Jokowi sebagai capresnya.
"Beliau menunggu saja bagaimana Presiden memutuskan dan memerintahkan. Beliau tidak bermanuver seperti politisi yang lain. Kalau ketua umum dari partai yang lain bermanuver, karema ada kepentingan besar untuk meningkatkan elektabilitas partainya," katanya.
Pada Pileg Jabar 2019, Dedi mengaku tidak menargetkan perolehan kursi yang muluk-muluk. Golkar, kata dia, menargetkan dapat meraih 27 dari 120 kursi yang diperebutkan. "Target Golkar di Jabar, saya kan tidak muluk-muluk. Kalau untuk provinsi kan 27 kursi. Kami bertekad untuk menang di pemilu legislatif ini," ujarnya.***
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/07/24/banyak-artis-di-bursa-caleg-dedi-mulyadi-pilih-mencalonkan-kader-427732Bagikan Berita Ini
0 Response to "Banyak Artis di Bursa Caleg, Dedi Mulyadi Pilih Mencalonkan Kader"
Post a Comment